Minggu, 11 Maret 2012

motivasi untuk mengetahui arti kehidupan






Kita harus menghadapi banyak masalah yang berbeda dalam kehidupan. Masa sulit akan selalu ada, kita selalu berlari dan seiring waktu yang berlalu, mimpi kita menjadi semakin redup dan redup. Namun, anda akan memiliki sebuah kesempatan untuk bangkit kembali: sebuah perubahan dalam sudut pandang anda. Dan tidak ada cara yang lebih cepat selain kutipan-kutipan kesuksesan untuk membantu anda bangkit kembali.
Intinya adalah ketika anda tidak menghadapi masa-masa sulit, masa-masa sulit tersebut lah yang akan menemukan anda dan anda akan mendapati diri anda terjebak dalam lingkungan anda saat ini dan terkekang oleh apapun yang terjadi.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa apapun yang anda pikirkan pada masa ini akan menjadi masa depan anda, jadi tugas anda adalah untuk melakukan yang terbaik. Saya tahu, hal ini mungkin menakutkan, terlebih jika anda tidak bersemangat dan kegagalan bukanlah suatu pilihan.
Jika hal ini terjadi, mundurlah sejenak, tarik nafas dan berkonsentrasilah pada perspektif baru pada langkah anda berikutnya, langkah yang akan membawa anda maju. Ini adalah titik dimana kekuatan pikiran anda hadir dan saatnya permainan dimainkan. Saat ini adalah momen dimana setiap pikiran anda akan membuat perbedaan.
Ini adalah cerita yang sangat menarik untuk dibaca tentang bagaimana seorang ayah yang menjelaskan kepada anaknya tentang  bagaimana kita menjalani hidup dengan lebih baik.
Cerita telur, wortel dan kopi
Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.
Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.
Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.
Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.
Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.
Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.
“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”
“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”
“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”
“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”